Sabtu, 30 April 2011

Pendidikan S2 : Antara Kebutuhan, Formalitas dan Gengsi



Ada sesuatu yang baru pada wajah dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini.  Jika menengok beberapa tahun yang lalu status pendidikan Sarjana S1 menjadi trend di masyarakat, maka gejala itu kembali dirasakan saat ini untuk jenjang yang lebih tinggi yaitu pendidikan Pasca Sarjana atau S2.

Hal ini dikarenakan orang dengan jenjang pendidikan magister lebih diperhitungkan daripada S1.  Mulai dari formasi lamaran pekerjaan yang mencantumkan pendidikan minimal S1 bagi pelamarnya sampai pada formasi guru di sekolah-sekolah tingkat Pendidikan Dasar yang mensyaratkan tenaga pendidik bergelar S1.  Bahkan syarat untuk menjadi dosen di perguruan tinggipun minimal berpendidikan S2.  Karena yang bisa mencetak lulusan S1 mestinya berpendidikan lebih tinggi yaitu S2 atau S3 bukan sama-sama S1. Begitu kira-kira perumpamaannya.

Jika hal ini dikaitkan dengan program sertifikasi guru, maka semakin banyak para guru yang saat ini masih berijasah Diploma segera mengambil kuliah S1 jika ingin ikut diperhitungkan dalam sertifikasi.  Karena mulai 2013 nanti syarat minimal seorang tenaga pendidik di sekolah adalah Sarjana atau S1.  Tentu saja keadaan ini ikut memacu sebagian orang yang saat ini sudah berijasah S1 untuk lebih meningkatkan lagi jenjang pendidikannya menjadi S2.  

Apalagi kalau bukan dengan alasan persaingan kerja.  Pada sekolah (SD/SMP) dimana nanti semua tenaga gurunya berpendidikan S1 tentu bagi Kepala Sekolah ingin mempunyai jenjang yang lebih tinggi yaitu S2.  Begitu juga dengan jenjang pendidikan di SMU atau SMK dengan tenaga guru yang sudah semakin banyak bergelar S1 dan S2, akan terasa janggal jika Kepala Sekolahnya tidak memiliki gelar yang lebih tinggi lagi.

Namun yang menjadi persoalan sekarang adalah benarkah orang mengambil kuliah pascasarjana untuk tujuan meningkatkan kualitas personalnya atau sekedar kebutuhan untuk memenangkan dalam persaingan dunia kerja?  Bahkan bukan rahasia lagi bahwa masih banyak orang mengambil gelar pendidikan S1 atau S2 hanya untuk menaikkan status sosial dan gengsi pribadi saja.

Bagi institusi perguruan tinggi sendiri, membuka program baru baik S1 maupun program kuliah pascasarjana tentu merupakan bentuk kepedulian terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Beberapa tahun belakangan kita dapat melihat semakin mudah bagi orang yang ingin meneruskan pendidikan S2 nya hanya dengan program kuliah jarak jauh.

Meskipun kemudian hari muncul nada sumbang yang santer terdengar bahwa program ini justru lebih terasa sisi komersialnya dibandingkan dengan sisi peningkatan mutu pendidikan mahasiswanya tentu saja hal itu dikembalikan pada kredibilitas dan komitmen masing-masing perguruan tinggi sebagai pihak penyelenggara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar