liliekriyanto.blogspot.com
Air susu dibalas dengan air tuba.. peribahasa ini pasti sudah sering kita dengar dan setiap orang sudah paham maksud yang ada dibalik kalimat itu. Suatu kebaikan yang kita lakukan pada orang lain dibalas dengan tindakan kejahatan oleh orang tersebut.
Air susu dibalas dengan air tuba.. peribahasa ini pasti sudah sering kita dengar dan setiap orang sudah paham maksud yang ada dibalik kalimat itu. Suatu kebaikan yang kita lakukan pada orang lain dibalas dengan tindakan kejahatan oleh orang tersebut.
Tentu saja perasaan yang kemudian muncul adalah kita menjadi sakit hati dan kecewa. Ada juga yang kemudian masa bodoh lalu jera untuk mengulangi perbuatan baiknya. Tapi tidak sedikit juga yang lebih memilih berbesar hati karena menyadari bahwa tidak semua perbuatan baik kita bisa diterima dengan baik juga oleh yang bersangkutan.
Saya tidak akan membahas siapa yang berbuat baik, siapa yang berbuat jahat. Hal ini karena kategori baik dan jahat bagi masing-masing orang tentu berbeda tergantung motivasi dan tujuan yang ada dibalik tindakan itu. Cerita berikut ini saya dapat dari seorang teman yang dikirim ke email. Cerita yang kemudian merubah cara pandang saya terhadap peribahasa diatas.
RACUN DALAM HIDUP
oleh Asep YW.
Dahulu kala di negeri China ada seorang gadis bernama Li-Li. Ia baru saja menikah dan tinggal dengan mertuanya. Dalam waktu singkat Li-Li merasa ia sangat tidak cocok tinggal serumah dengan mertuanya. Karakter mereka berdua berbeda dan Li-Li tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Li-Li dan ibu mertuanya tidak pernah akur dan selalu berdebat atau bertengkar. Yang membuat lebih kesal adalah adat China yang mengharuskannya selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati semua kemauannya.
Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu membuat suami Li-Li menjadi sedih dan bingung.
Akhirnya Li-Li tidak tahan lagi dengan sikap dan kelakukan ibu mertuanya dan bertekad melakukan sesuatu. Ia pergi menjumpai Shinse, menceritakan semua masalahnya dan minta dibuatkan racun yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya. Setelah berpikir sejenak, Shinse yang bijak itu berkata "Li-Li saya akan membantu menyelesaikan masalahmu tapi kamu harus mendengarkan dan mentaati apa yang saya sarankan. Li-Li menyetujui.
Kemudian Shinse itu mengambil racun dan memberikan pada Li-Li sambil berpesan, "kamu tidak bisa memakai racun yang keras untuk menyingkirkan ibu mertuamu, nanti akan membuat semua orang curiga. Jadi saya berikan ramuan ini yang akan secara perlahan menjadi racun dalam tubuhnya. Setiap hari sediakan makanan yang enak-enak dan masukan obat ini kedalamnya. Supaya tidak curiga, usahakan bersikap manis dan bersahabat, tetaplah mengikuti kemauannya dan perlakukan dia seperti ibu kandungmu sendiri.
Li-Li sangat bersemangat dan menjalankan semua pesan dari Shinse itu. Bulan berganti bulan dilakukan semua petunjuk penggunaan obat itu, ia melayani ibu mertuanya dengan makanan yang enak-enak (yang sudah diberi racun) dan mulai mengendalikan amarahnya, mentaati dan memperlakukan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri.
Semakin lama terjadi suatu perubahan di rumah itu, tidak ada lagi perdebatan dan Li-Li mulai merasakan ibu mertuanya sekarang lebih sayang dan ramah. Kepada para tetangganya dia menceritakan bahwa Li-Li adalah menantunya yang paling baik. Hal ini membuat suami Li-Li ikut senang melihat semua perubahan itu.
Li-Li kemudian pergi menemui Shinse yang dulu dimintai obat. Dia minta supaya Shinse membantunya lagi untuk mencegah supaya racun yang diberikan pada ibu mertuanya tidak sampai membunuhnya. Katanya, "dia sudah berubah menjadi ibu mertua yang baik, saya sekarang sangat mencintainya dan saya tidak mau dia mati karena racun yang saya berikan.
Shinse itu tersenyum, "Li-Li, tidak ada yang perlu dikuatirkan, saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan dulu adalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau."
Lanjut Shinse itu, "satu-satunya racun yang ada adalah yang terdapat didalam pikiranmu sendiri dan didalam sikapmu terhadapnya. Tetapi sekarang saya melihat itu semua sudah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya."
---
Selain cerita ini, saya juga ingat ada satu ajaran yang berbunyi..jika pipi kiri ditampar, berikanlah pipi kananmu. Jika seseorang meminta bajumu..berikanlah juga jubahmu.
Tentu bukan berarti kita harus benar-benar melakukan hal itu. Namun lebih pada ajakan bahwa sebaiknya kita selalu berusaha memberikan dan melakukan yang terbaik semaksimal yang kita mampu terhadap orang lain, meskipun (mungkin) orang lain itu sudah berlaku kurang baik kepada kita. Kalau kemudian dikaitkan dengan cerita Li-Li diatas, ada satu hal yang bisa dilihat bahwa sebagaimana kita memperlakukan orang lain, maka demikian juga yang akan orang lain perlakukan terhadap kita.
Lepas dari dari rasa sakit hati, dendam atau kecewa karena reaksi yang kita terima berbeda dari yang kita harapkan. Bukankah pemberian atau perlakuan yang tulus dari dalam hati tidak pernah menuntut balasan? Terserah mereka mau menerima, membalas atau mengacuhkan kebaikan kita. Tetaplah berbuat baik tanpa mengharapkan balasan (meski sekedar ucapan terima kasih). Mungkin sudah waktunya merevisi atau membuat tandingan pada peribahasa diatas
AIR TUBA DIBALAS DENGAN AIR SUSU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar