"Wah..anak-anak sekarang berbeda dengan anak jaman kita dulu, mereka pinter-pinter dan makin cerdas"
Berikut ini beberapa teknik atau rumus praktis yang mungkin bisa diterapkan untuk berbicara dengan anak anda. Teknik yang mudah dan terbuka membuka pembicaraan dengan anak kecil seusia 8 sampai 12 tahun tentang masalah-masalah disekitar mereka. Khususnya tentang masalah yang sedikit "menyerempet bahaya" seperti seks, AIDS, kekerasan, kriminal, narkoba dan minuman keras.
Berikut beberapa tips yang mungkin bisa dicoba :
1. Mulailah sejak dini
Era globalisasi sekarang ini tanpa disadari memaksa anak untuk mendengar, melihat dan menghadapi informasi yang cukup keras dalam usia yang sangat dini. Sehingga seringkali mereka terpaksa menerima semua itu sebelum mereka mampu memahami semua aspek kehidupan yang rumit. Untuk itulah anak-anak membutuhkan bimbingan dari orang tua. Jika hubungan orang tua dan anak cukup baik itu akan menjadi satu keuntungan, karena biasanya anak usia dini akan berpaling pertama kali kepada orang tuanya sebagai sumber informasi utama mereka. Sebagai orang tua, kesempatan emas seperti inilah yang harus dimanfaatkan sebelum mereka mendapat informasi yang salah atau membingungkan dari orang lain dan mungkin berbeda dengan nilai-nilai serta norma yang ingin anda tanamkan. Sejak dini, berbicaralah dengan mereka sesering mungkin, terkait dengan pemikiran tentang seks, AIDS, kekerasan kriminal, alkohol dan sebagainya.
2. Bukalah percakapan dengan anak anda
Berbicara dengan anak, berarti orang tua harus mampu masuk dalam dunia mereka. Salah satunya adalah dengan menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dicerna anak-anak atau dengan sedikit perumpamaan dalam dongeng. Rasa aman dan nyaman perlu ditumbuhkan dalam diri anak, sehingga mereka tidak merasa takut, segan, malu atau kuatir disalahkan karena pertanyaan mereka. Sementara kita sebagai orang tua ingin agar anak-anak mau datang kepada kita dengan permasalahan mereka. Kesempatan bagi orang tua untuk mau membuka percakapan akan memupuk rasa keberanian dalam diri anak-anak karena mereka merasa diterima dan bisa mempercayakan persoalan mereka kepada orang tuanya.
Setelah membaca sebuah berita atau melihat tayangan di televisi, orang tua dapat membuka pembicaraan dengan satu atau dua pertanyaan sederhana sebagai pemancing diskusi sederhana.
3. Tentang masalah seks dan hubungan personal
Media masa baik cetak maupun elektronika sekarang ini mulai membanjiri informasi dengan bebas tanpa filter yang kuat, ditambah lagi dengan adanya internet dimana dunia maya memberikan semua informasi dari A sampai Z. Jika kita sebagai orang tua kurang berhati-hati dan tidak tanggap dalam hal ini, maka ditakutkan anak-anak akan menjadi korban kebebasan informasi tanpa ada yang mengarahkannya. Jika anda merasa kurang nyaman membicarakan hal-hal yang sensitif terutama seks dengan anak-anak, anda tidak sendiri. Sebagai bangsa dengan budaya Timur yang kuat, banyak orang tua yang serba salah atau kikuk ketika anak-anak ngotot mempertanyakan hal-hal seputar itu. Jangan dihindari dengan alasan apapun, demi anak anda. Karena lebih baik sedikit informasi mereka dapatkan dari orangtua daripada mereka mencari informasi sendiri di luar sana yang mungkin saja tidak sesuai dengan norma yang ingin anda tanamkan.
4. Menciptakan lingkungan yang terbuka
Lingkungan demokratis dalam keluarga sangat menentukan. Bagaimana mungkin muncul keberanian dalam diri anak untuk membicarakan atau mendiskusikan sesuatu hal kepada orang tuanya, jika sejak awal orang tua tidak menciptakan iklim terbuka dalam bertanya dan berpendapat? Menciptakan lingkungan yang terbuka, orang tua menempatkan diri sebagai sahabat anak, maka anak-anak akan merasa lebih dihargai dan terbebas dari rasa takut untuk melontarkan pertanyaan apapun dalam subyek apapun.
5. Sampaikan nilai-nilai kehidupan anda
Sebelum anak mendapat informasi dari orang lain atau dari media lain yang membingungkan (menjerumuskan?) Maka waktu berbicara dengan anak anda adalah kesempatan emas untuk menyampaikan nilai-nilai atau norma yang ingin anda tanamkan dalam diri anak. Anak sangat membutuhkan bimbingan moral dari orangtuanya. Oleh karena itu jangan ragu-ragu utuk menanamkan nilai-niai keyakinan anda. Jika dalam tayangan TV ada tertulis BO (Bimbingan Orangtua) usahakanlah anda benar-benar mendampingi anak menonton bersama karena dari tayangan itu anda dapat menyisipkan nasehat atau penjelasan yang mudah dipahami anak.
6. Dengarkan anak anda
Kadangkala kita mendapati anak kita berbicara dan bercerita panjang lebar dengan bahasa dan tutur kata yang mungkin agak janggal di telinga kita. Jangan tertawakan mereka, jangan abaikan cerita mereka, tapi dengarkanlah dengan seksama. Hal ini secara tidak langsung menanamkan rasa percaya diri anak dan membantu mereka untuk tahu bahwa mereka penting bagi kita dan mereka adalah bagian dalam keluarga kita. Mendengarkan pendapat dan mengetahui bagaimana perasaan anak juga akan membantu kita sebagai orang tua untuk lebih memahami apakah mereka sudah cukup menerima penjelasan kita atau belum.
7. Cobalah untuk jujur
Jangan batasi hak anak dengan jawaban-jawaban yang kurang jujur terhadap pertanyaan yang mereka ajukan, berapapun umur mereka. Hal ini bisa jadi bumerang seandainya suatu saat anak anda mendapat informasi yang sebenarnya dari orang lain atau media lain. Tentu anda tidak ingin anak mencap anda sebagai orang tua yang pembohong bukan? Jawaban jujur yang kita berikan tentu disesuaikan dengan tingkat pemahaman atau usia anak dan ini akan menguatkan anak-anak untuk terus mempercayai kita.
8. Bersabar
Seperti point ke 6 diatas, seringkali kita kurang sabar mendengarkan anak-anak bercerita panjang lebar dengan gaya tutur kata mereka. Sebagai orang tua yang merasa sibuk dan menganggap cerita anak kurang penting, acapkali kita tergoda untuk memutus pembicaraan mereka. Kita tidak sabar mendengarkan cerita mereka sampai selesai. Dengan kesabaran untuk menunggu mereka menyelesaikan ceritanya, ungkapan pikirannya dan keinginannya akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak bahwa orang tua mereka memiliki waktu untuk mereka.
9. Gunakan setiap kesempatan untuk berbicara
Tidak seperti dunia orang dewasa yang bisa meluangkan waktu khusus untuk berdiskusi, anak-anak biasanya lebih senang bermain dari pada mendengarkan nasehat yang panjang lebar atau pembicaraan yang ‘berat-berat’. Menggunakan waktu senggang sambil bermain, saat berkumpul bersama atau di meja makan adalah salah satu kesempatan baik untuk saling berbicara baik itu masalah ringan atau masalah berat. Toh tidak setiap hari harus dilakukan. Menggunakan waktu khusus secara formal dengan cara memanggil anak untuk duduk diam mendengarkan nasehat orang tua justru memicu ketakutan anak (ada apa ya, saya salah apa ya) dan mungkin muncul rasa kurang suka pada anak karena anda sudah menggunakan waktu bermain mereka.
10. Bicara dan bicara lagi
Jangan takut dan bosan untuk mengulang pembicaraan yang sudah pernah dilakukan. Karena konsentrasi anak sangat terbatas mereka belum mampu menerima informasi terlalu banyak, bisa jadi penjelasan yang sudah anda berikan kemarin akan ditanyakan lagi dilain hari. Bersabarlah, dan berusahalah untuk sabar menjawabnya dengan demikian penjelasan yang berulang-ulang dari orangtuanya sedikit demi sedikit akan tertanam kuat dalam benak anak-anak. Kesabaran dan ketekunan kita sebagai orang tua akan membantu perkembangan jiwa anak-anak anda dan anda sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar